Proklim Cilongok Banyumas termasuk dalam Kampung Berseri Astra 2025. Proklim ini tepatnya di Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, tidak jauh dari Purwokerto. Desa ini memiliki posisi strategis karena dilalui jalur provinsi Jawa Tengah. Dengan luas 416 hektar, Langgongsari dihuni sekitar 8.092 jiwa. Fasilitas pendidikan cukup lengkap, mulai dari PAUD, TK, SD, hingga madrasah berbasis agama seperti MI dan Diniyah.
Terletak di kaki Gunung Slamet, desa ini memiliki udara sejuk serta tanah yang subur. Kondisi tersebut mendukung sektor pertanian dan perkebunan. Hamparan sawah yang luas serta ribuan pohon kelapa menjadi pemandangan khas Langgongsari.
Gula Kelapa sebagai Komoditas Utama
Kelapa menjadi sumber penghasilan terbesar warga. Dari total 40 ton produksi gula kelapa per hari di Kecamatan Cilongok, Langgongsari menyumbang jumlah terbesar. Pemerintah desa pun mendukung produksi ini dengan berbagai program, salah satunya kebun Kelapa Genjah seluas 4 hektar dengan 1.000 pohon.
Tidak hanya fokus pada produksi, lahan tersebut kini juga dikembangkan menjadi agrowisata yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dengan cara ini, gula kelapa tidak hanya menjadi komoditas ekonomi, tetapi juga daya tarik wisata.
Program Lingkungan dan Bank Sampah
Langgongsari ditunjuk sebagai pelaksana Program Kampung Iklim (Proklim) oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk mendukung program tersebut, berdirilah Bank Sampah Bulakan Asri. Melalui bank sampah, warga bisa menabung dari hasil pemilahan sampah organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi pupuk cair bernilai ekonomi, sementara catatan tabungan bisa diuangkan kapan saja.
Pada awalnya, partisipasi warga masih rendah. Banyak yang enggan mengantarkan sampah. Untuk mengatasi hal itu, Taufiqurrohman, tokoh muda desa, bersama rekannya Muqofa, menggandeng organisasi kepemudaan Forum Fata Bulakan (FFB) untuk menjemput sampah ke rumah-rumah. Meski efektif, cara ini membutuhkan biaya operasional, terutama bensin.
Kopi Lokal Sebagai Solusi
Untuk menutupi biaya bank sampah, Taufiq mencari alternatif. Ia melihat potensi kopi Robusta dan Liberica yang tumbuh liar di lahan warga. Selama ini kopi hanya dijual seadanya dengan harga murah. Pada 2018, Taufiq menjalin kerja sama dengan Heri, pemilik kedai kopi di Purwokerto. Kopi hasil olahan warga diberi nama Kopi Langgongsari dan mendapat respon positif.
Permintaan kopi semakin meningkat, hingga membuat Taufiq khawatir soal modal. Ia sempat berusaha mandiri, namun akhirnya kembali meminta dukungan PT Pamapersada Nusantara (Pama), perusahaan yang sejak 2014 sudah mendukung Proklim di desa ini. Dukungan tersebut membuat produksi dan pemasaran kopi semakin berkembang.
Rebranding Menjadi Kopi Iklim
Untuk memperkuat identitas, kopi lokal kemudian diberi nama Kopi Iklim, yang mencerminkan asalnya dari Kampung Iklim Bulakan Asri. Kopi ini kini dipasarkan ke berbagai kafe, dan sebagian keuntungan digunakan untuk mendukung biaya operasional bank sampah serta kegiatan sosial desa.
Dengan strategi ini, program lingkungan dan pengembangan ekonomi saling berkesinambungan. Kopi Iklim tidak hanya menjadi produk unggulan, tetapi juga simbol sinergi antara pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan warga.
Kearifan Lokal dan Seni
Selain sektor ekonomi, Langgongsari juga memiliki kekayaan budaya. Salah satunya adalah kesenian Hadroh Sepuh, yang seluruh pemainnya berusia lanjut. Meski sudah sepuh, semangat dan kelincahan mereka saat menabuh rebana tetap menghidupkan suasana dalam berbagai acara desa.
Menuju Desa Berdaya dan Mandiri
Sebagai salah satu Kampung Berseri Astra 2025, Proklim Cilongok Banyumas di Desa Langgongsari terus berbenah melalui berbagai program pemberdayaan dan branding desa. Tujuannya yaitu untuk memperkenalkan potensi lokal, memperkuat identitas, serta mendorong roda ekonomi.
Kolaborasi antara pemerintah desa, warga, kelompok pemuda, hingga dukungan perusahaan swasta seperti Pama menunjukkan bahwa pembangunan desa dapat berhasil jika dijalankan bersama. Harapannya, Langgongsari tidak hanya dikenal sebagai penghasil gula kelapa, tetapi juga sebagai desa inovatif dengan produk unggulan Kopi Iklim dan agrowisata yang berkelanjutan.
Sumber :
Wijianto, Y. (2018, Desember 31). Bangkitnya “Emas Hitam” di Kampung Iklim Bulakan Asri. Retrieved from SATU Indonesia: Anugerah Pewarta Astra: https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/2018/artikel/1813/



